Pengantar Antropologi Agama
Makalah ini di presentasikan untuk untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi Agama

1)Andri Yanto (108051000046)
2)Dewi Nurjamilah (108051000034)
3)Firdausi Nuzula (108051000054)

I.PENDAHULUAN
Kehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap keyakinan adanya kekuatan gaib, luar biasa, atau supranatural yang berpengaruh terhadap kehidupan individu dan masyarakat, bahkan terhadap segala gejala alam. Kepercayaan itu menimbulkan perilaku tertentu, seperti berdoa, memuja, dan lainnya, serta menimbulkan sikap mental tertentu, seperti rasa takut, rasa optimis, pasrah, dan lainnya dari individu dan masyarakat yang mempercayainya. Karenanya, keinginan, petunjuk, dan ketentuan kekuatan gaib harus dipatuhi, kalau manusia dan masyarakat ingin kehidupan ini berjalan dengan baik dan selamat.

II.PEMBAHASAN
A.AGAMA dan KEHIDUPAN
Kehidupan beragama adalah kenyataan hidup manusia yang ditemukan sepanjang sejarah masyarakat dan kehidupan pribadinya. Ketergantungan masyarakat dan individu kepada kekuatan gaib ditemukan dari zaman modern ini. Kepercayaan itu diyakini kebenarannya sehingga ia menjadi kepercayaan keagamaan atau kepercayaan religius.
Beragama sebagai gejala universal masyarakat manusia juga diakui oleh Begrson (1859-1941), pemikir perancis. Ia menulis bahwa kita menemukan masyarakat manusia tanpa sains, seni dan f`ilsafat, tetapi tidak pernah ada masyarakat tanpa agama, walaupun ia tidak menyebut contoh masyarakat yang tanpa seni dan filsafat.
Tetapi Norbeck tidak mengakui beragama universal dalam kehidupan individual. Individu-individu yang nonreligius menurutnya makin umum di kalangan masyarakat modern, tetapi kepercayaan keagamaan tetap saja dipegang oleh semua masyarakat (Norbeck, 1974:3)
Kehidupan beragama dewasa ini ada yang dijadikan tempat penyejuk jiwa dan pelarian dari hiruk pikuk ekonomi dan social politik sehari-hari. Ada pula yang dijadikan sumber motivasi untuk mencapai kehidupan ekonomi dan social politik.
Terdapat perbedaan kehidupan beragama di kalangan masyarakat primitif dan masyarakat modern. Dalam masyarakat primitif, kehidupan beragama tidak dapat dipisahkan dari aspek kehidupan lain; beragama dan kegiatan sehari-hari menyatu. Beragama merupakan sistem sosial budaya.
Dalam masyarakat modern, kehidupan beragama hanya salah satu aspek dari kehidupan sehari-hari. Beragama bagian kecil dari kehidupan. Beragama merupakan subsistem dari kehidupan, yaitu sistem pribadatan atau ritual.

B.DEFINISI AGAMA
Definisi agama dari sudut teologi (ketuhanan) atau hal supernatural atau spiritual. Tylor, berpendapat bahwa agama adalah kepercayaan kepada wujud spiritual (the belief in Spiritual beings).
Sedangkan menurut Clifford Greetz, agama merupakan sebuah sistem yang berisi simbol-simbol yang berlaku untuk menetapkan suasana hati dan motivasi-motivasi yang kuat, yang meresapi dan tahan lama dalam diri manusia dengan merumuskan konsep-konsep tatanan umum, eksistensi, dan membungkus konsep-konsep ini dengan semacam pancaran faktualitas sehingga suasana hati dan motivasi-motivasi itu tampak khas realistis. Simbol adalah sesuatu yang membuat sesuatu menjadi penting ketimbang dirinya sendiri.


C.FUNGSI DAN PERAN AGAMA
Masalah agama tidak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena agama itu sendiri diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Fungsi agama dalam masyarakat antara lain:

1.Berfungsi Edukatif
Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsure ini mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masing-masing.

2.Berfungsi Penyelamat
Keselamatan yang meliputi bidang yang luas adalah keselamatan yang diajarkan oleh agama. Keselamatan yang diberikan oleh agama adalah keselamatan yang meliputi dunia dan akhirat.

3.Berfungsi Sebagai Pedamaian
Melalui beragama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Setelah menebus dosanya melalui tobat, pensucian ataupun penebusan dosa.

4.Berfungsi Sebagai Sosial Kontrol
Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupu kelompok, karena :
a.Agama secara instansi, merupakan norma bagi pengikutnya
b.Agama secara dogmatis (ajaran) mempunyai fungsi kritis yang bersifat profetis (kenabian)

5.Berfungsi Sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas
Penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memeiliki kesamaan dalam satu kesatuan yang kemudian rasa itu akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan.

6.Berfungsi Transformatif
Ajaran agama dapat meruabah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai ajaran agama yang dianutnya dan kadang kala mampu mengubah kesetiaannya kepada norma atau adat kehidupan yang dianut sebelumnya.
7.Berfungsi Kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajka para panganutnya untuk bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Penganut agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin tetapi juga dituntut untuk melakukan inovasi dan penemuan baru.
8.Berfungsi Sublimatif
Ajaran agama mensucikan segala usaha manusia bukan saja yang bersifat agama ukhrawi, melainkan juga bersifat duniawi. Segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama bila dilakukan atas niat yang tulus, karena dan untuk Allah merupakan ibadah.


D.OBJEK KAJIAN ANTROPOLOGI AGAMA
Objek material antropologi agama adalah membahas tentang masyarakat dari sudut budaya masyarakat tersebut. Agama yang dipelajari oleh antropologi agama adalah agama sebagai fenomena budaya, bukan ajaran agama yang dating dari tuhan. Maka yang menjadi perhatian adalah beragamnya manusia dan masyarakat. Antropologi juga
Harsojo mengungkap bahwa kajian antropologi terhadap agama dari dahulu sampai sekarang meliputi empat masalah pokok, yaitu
1) Dasar-dasar fundamental dari agama dan tempatnya dalam kehidupan manusia.
2) Bagaimana manusia yang hidup bermasyarakat memenuhi kebutuhan religius mereka.
3) Dari mana asal usul agama.
4) Bagaimana manisfestasi perasaan dan kebutuhan religius manusia.

III.PENUTUP
1.KESIMPULAN
Hubungan antara Agama dan kehidupan adalah hubungan yang telah berlangsung dari zaman primitif hingga zaman modern seperti saat ini. Namun memiliki perbedaan dalam penilaian agama sebagai sistem sosial budaya atau tidak.
Agama dapat didefinisikan sebagai kepercayaan terhadap wujud spiritual maupun suatu sistem yang berisi simbol-simbol.
Agama berfungsi sebagai Edukatif, Penyelamat, Sebagai Pedamaian, Sebagai Sosial Kontrol, Sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas, Transformatif, Kreatif,dan Sublimatif.
Sedangkan objek kajian antropologi agama adalah membahas tentang masyarakat dari sudut budaya masyarakat tersebut.

2.SARAN
Semoga makalah ini membuat kita dapat memahami ajaran agama yang sebenar-benarnya benar. Agar kita bisa memahami hakikat agama yang tidak hanya kita menjalankannya begitu saja tetapi kita juga memiliki dasar. Makalah ini tidak luput dari kesalahan. Oleh sebab itu, kami meminta sahabat/i untuk memberikan kritik dan saran demi kemajuan bersama. Terima kasih.


IV.DAFTAR PUSTAKA
o Bustanuddin Agus. Agama dalam kehidupan manusia. Jakarta: PT RajaGrasindo Persada. 2005.
o Clifford Geertz. Kebudayaan dan Agama (terjemahan: “The Interpretation of Cultures”). Jogyakarta: Penerbit Kansius. 2003
o Harsojo. Pengantar Antropologi. Banacipta. 1992
o Ramayulis. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia. 2002.
1 Response